Jawaban
saya singkat: KAMI TAK PUNYA APA-APA.
Tapi, tak punya apa-apa bukan berarti HARUS MENUNGGU PUNYA DULU. Kami ingin
berbuat dulu. Bekerja dulu. Seadanya. Sebisa. Tapi, semaksimal mungkin...
Saya
masih ingat:
Pertama kali membuka RKWK,modal saya hanya majalah anak bekas, mainan monopoli
[Rp. 15ribu], mainan puzzle [5 ribuan], catur bekas anak saya [20 ribuan],
buku-buku aktivitas bekas anak saya. Dari barang-barang yang sering disepelekan
itu saya mengumpulkan anak-anak. Saya membuat kompetisi bermain puzzle dan
catur.
TERNYATA
RAMAI!
Dari
kesenangan itulah. Saya mengajak anak-anak untuk bermain di sini [rumah saya]
secara rutin. Jadilah seminggu tiga kali kami bermain. Terus anak-anak minta
tambahan hari. Saya tambah dua hari. Jadilah setiap Rabu-Minggu kami bermain
sudah hampir empat tahun.
TAK
KUSANGKA.
Untuk
kegiatan, saya dan RKWK tak punya uang. Kami seadanya bermain. MEMBACA BUKU,
BERKEBUN, MANDI DI SUNGAI, BERMAIN BAHASA, BERMAIN MATEMATIKA, BERMAIN GERAK,
MENGGAMBAR, BUAT FILM, DRAMA, dan sebagainya.
LAMBAT
LAUN ANAK-ANAK PROTES:
Kapan alat musiknya ada? Kapan kita bisa wisata? Kapan kita punya kamera
shooting yang bagus? Kapan kita diajari komputer? Kapan kita punya mobil RKWK?
Kapan kita punya baju seragam?.......
Menanggapi
pertanyaan itu: SAYA HANYA TERSENYUM MANIS. TEPAT SENYUM MANIS BUAT-BUATAN.
Karena sebenarnya saya juga menginginkan hal itu. TAPI DI DEPAN ANAK-ANAK SAYA
HARUS TERUS OPTIMIS.
Saya
berkata penuh semangat:
SEMUA PASTI AKAN TERWUJUD. SAYA YAKIN ITU. YANG PENTING KITA TUNJUKKAN
KEHEBATAN DAN PRESTASI KITA DULU. JIKA KITA SEMUA HEBAT. PASTI AKAN ADA ORANG
BAIK YANG PERCAYA DAN SUKA DENGAN RKWK. DARI SITU SEMUA DIMULAI...INGAT KITA
HARUS JADI ANAK-ANAK YANG SELALU BISA MEMBANGGAKAN AYAH-IBU KITA...
Saya
ingin mengajarkan BEKERJA DULU. Jangan semua bergantung pada uang. Uang memang
segalanya, tapi untuk belajar tanpa uang juga sebenarnya bisa. Asal mau
kreatif. Dan anak-anak manggut-manggut.
Tapi,
kami ingin wisata juga? seru anak-anak.
Saya Istri dan relawan putar otak. Ketemu jalannya: KAMI ADAKAN SETIAP BULAN
KEGIATAN WISATA DENGAN CARA ANAK-ANAK HANYA BAYAR ANGKOT 10 RIBU DAN UANG MASUK
5 RIBU DAN BAWA BEKAL MAKANAN SENDIRI DAN TIDAK BOLEH BAWA UANG.
Sebab:
Saya akan sangat bersedih jika anak-anak harus menanggung uang banyak. Sungguh
uang itu mahluk yang harus diberi peringatan HATI-HATI. Sebab tidak semua orang
punya uang cukup apalagi melimpah. JAdi sekolah jangan sembarangan memberikan
kewajiban iuran seenaknya sendiri.
DAN
saya putar otak lagi: Anak-anak menabung setiap harinya, tetapi tidak boleh
lebih dari Rp. 1.000,- [sebab saya takut uang nabungnya memberatkan dan bukan
diambil dari uang jajannya anak-anak].
TERNYATA
PROGRAM ITU SUKSESSS!!!
Sudah
hampir dua tahun program ini berjalan.
INDAH...
Dari
sinilah, kami akan terus meyakini dan mengajarkan pada anak-anak: HIDUP
SEDERHANA!
SEADANYA! JANGAN BERLEBIHAN!
TERUSLAH BERPIKIR SOAL ILMU DAN MASA DEPAN
BUKAN KESENANGAN!
Tapi,
Kreativitas tidak boleh mati. Sebab dengan cara-cara kreatif ini sebuah sekolah
bosa terus bertahan sekalipun sekolah itu tidak ada uang sama sekali.
KAMI
SERING KEBINGUNGAN KARENA SAAT MAU KEGIATAN TAK ADA UANG SAMA SEKALI.
Tapi
apapun itu. Semua harus berjalan!
Dari sinilah lambat laun, beberapa orang tua dan masyarakat memberi kami
sodakoh yang sangat berharga sehingga kami bisa membeli: alat-alat gambar, buku
bacaan, alat-alat tulis, bending karya anak-anak, membuat mading, dan
sebagainya.
Saya
jadi miris jika mendengar sebuah sekolah:
YANG GURU-GURUNYA BILANG TIDAK BISA ADAKAN KEGIATAN KARENA TIDAK ADA UANG!
anak-anak
itu segalanya dari sekolah. anak-anak pun harus selalu diberi kegiatan yang
menyenangkan dan mencerdaskan bagaimana pun caranya. ini yang selalu saya
kumandangkan di Rumah Kreatif Wadas Kelir.
Tempat Kami Bermimpi
Tempat Kami Bermain
Tempat Kami Belajar
Tempat Mewujudkan Cita-cita Masa Depan