Ah, inilah nasib saya sekarang. Nyaris tak pernah nonton TV.
TV masih tetap satu jumlahnya. Semakin tua. Buat rebutan tiga anak yang
semuanya laki-laki. Usianya tak terlampau jauh. Bisa dibayangkan jadinya. TV
semakin cepat pikun dan akhirnya:
RUSAK
RUSAK
Ya, karena perilaku anak bungsuku, TV rusak. Saya dan istri
langsung sujud syukur. Anak-anak kami akan terbebas dari kutukan Mba TV.
Hahahaha….
Saya jadi penasaran dengan satu hal:
APA YANG AKAN DILAKUKAN ANAK-ANAKKU SAAT TV RUSAK. PADAHAL
HAMPIR SETIAP HARI MEREKA BELAJAR DENGAN TV.
Hari pertama, saya menunggu kabar buruk dari anak-anakku yang
akan minta TV baru. Tapi, alhamdulilah TIDAK. Saya lega. Dan yang menakjubkan.
Siang hari, saat biasanya merekanonoton TV, kini Kakak Beradik Nera dan Mafi
sedang bermain mewarnai kereta api Thomas.
Hahaha….
Saya tertawa senang. Hari berikutnya, keduanya main catur,
teriak-teriak, guling-gulingan, acting, foto-fotoan, sampai MEMBACA BUKU-BUKU…Duh,
jika demikian adanya, seperti lebih baik rumah saya taka da TIVI.
Duh, tapi apa saya kuat???
INILAH SIATUASI BELAJAR YANG INDAH!
Saya sering katakana: PEMBELAJARAN ITU PENGKONDISIAN ANAK
BELAJAR.
Dengan taka da TV. Anak-anak melihat ibunya memasak. Melihat
saya di depan laptop. Pada akhirnya anak-anak mengikuti kegiatan kami.
Disinilah saya telah lumayan berhasil MENGKONDISIKAN ANAK-ANAK BELAJAR.
Anak-anak dengan segala kemampuannya mengoptimalkan kecerdasannya dalam
memahami permainan dan bacaan yang berguna kelak.
SUNGGUH INDAH, TERUS TIDUR YANG NYENYAK TIVIKU
BANGUNLAH SAAT ANAK-ANAKKU MENGENRTI BAHWA TANPA TV ANAK-ANAK
BISA HIDUP SENANG DAN BAHAGIA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar