Laman

Jumat, 18 April 2014

3. Pertengkaran Hebat






Kalau dalam suatu kelas tidak pernah ada anak yang bertengkar, pasti itu kelas yang aneh. Kalau setiap hari ada yang bertengkar, pasti itu kelas menantang. Kalau kadang ada yang bertengkar dan kadang tidak, ini kelas istimewa.
Kategori kelas ketiga ini mengocok persepsi dan emosi guru. Guru kadang siap hadapi peperangan, ternyata anak-anaknya damai. Gurunya pun harus turunkan senjata.
Kadang guru sedang dalam keadaan damai, anak-anaknya malah bertengkar. Guru tidak bawa senjata. Guru pun bingung. Jurus mengatasi tidak dipersiapkan.

JADILAH MARAH!
TAPI AWAS JANGAN SAKITI ANAK!
SAKIITI FISIKNYA!
SAKITI HATINYA
[Semoga kita dijauhi dari hal ini]

Saya pun mengalami hal ini. Tidak siap senjata melerai sebuah pertengkaran, tapi pertengkaran terjadi begitu hebatnya. Saya sendiri takut.
Yang bertengkar Juli dan Odi [dua anak paling berpengaruh di kelas]. Masalahnya saya tidak tahu jelas. Infoya soal kepeleset. Tapi, yang jelas:
DUA ANAK SUDAH SALING BERHADAPAN DENGAN MATA MERAH. KEPALKAN TANGAN. SIAP LUAPKAN KEMARAHANNYA>
[Untung, saya sudah tanamkan nilai untuk tidak main tangan. Sehingga selama pertengkaran itu taka da yang berani lepaskan tangan. Tapi tatapanmata penuh emosi itu menakutkan banyak anak dan guru music juga bingung]
HUJAN JUGA SAAT ITU TURUN DERAS.

Saya baru terlelap tidur. Dini, Pipit, dan Wiwi masuk kamar membangunkanku.
PAK GURU! JULI DAN ODI BERTENGKAR!
Saya pikir pertengkaran biasa. Tapi, ketiga anak ini penuh ketakutan. Saya segera bangun. Keluar. Dua anak sedang saling tatap. Saya datangi keduanya. Saya peluk satu-satu untuk redakan emosinya. Di depan anak-anak lainnya saya berkata. Kata-kata yang saya sendiri tak memprogramnya. Keluar begitu saja dari rasa sayang saya pada anak-anak.

KITA BERMAIN DI SINI KARENA KITA SAHABAT. KITA SAUDARA. KITA KELUARGA. TERUS…JIKA ADA BERTENGKAR BEGINI. NGAPAIN KITA HARUS DISINI. PAK GURU MOHON, AYOOLAH KITA BERSAHABAT. KITA BOLEH MARAH, KECEWA, JENGKEL. TAPI, JANGAN SALING MENYAKITI. PAK GURU SAYANG SAMA KALIAN. TATAP MATA PAK GURU.
JULI DAN ODI AYO BERSALAMAN. JANGAN SALING MENATAP BEGITU. TATAP MATA PAK GURU SAJA!



Kedua anak saya ajak mendekat. Saya satukan kedua telapak tangannya. Mereka sudah tidak saling tatap, tetapi menatap saya. Selesai bersalaman saya katakana:

SAAT KALIAN SUDAH BERSALAMAN. MAKA, KALIAN SUDAH TIDAK BOLEH MARAH. KALIAN SUDAH HARUS BERMAIN KEMBALI.

Situasi sudah terkendali. Tapi, emosi masih terus berkecamuk dalam diri Odi dan Juli. Entah datangnya dari mana, karena hari itu hujan lebat dan dingin saya punya ide.

SEMUA ANAK MASUK RUMAH. KITA MINUM THE BERSAMA.

Semua anak berteriak Horeee…
Istri saya segera membuatkan THE UNTUK ANAK-ANAK.
[Usaha saya mengalihkan kemarahan dengan kemesraan]

Saat anak-anak masuk, saya mendekati Juli, saya bilang padanya dengan mengajak Dyah Rofi [guru warna]. Saya minta Guru Warna untuk menunjukkan gambar-gambar. Juli sangat senang karena dia cerdas dalam warna. Pelukis RKWK urutan kedua. Juli dan Guru Warna terlibat dalam obrolan soal lukisan. Saya katakana Juli besok akan kita beri momen untuk melukis di atas kanvas. Juli tersenyum senang.
Emosi hilang.
SAYA MENEMUKAN SENJATA AMPUH MENGALAHKAN KEMARAHAN ANAK ADALAH:

DIALIHKAN KE KREATIVITAS YANG DICINTAINYA.
JULI PUN SUDAH LUPA DENGAN MARAHNYA.

Tapi, di luar Odi masih duduk sendiri. Anak-anak berteriak, ODI TIDAK MAU MASUK, PAK GURU!
Saya segera menghampirinya. Meneglus rambutnya.
AYO, MASUK ODI. KITA MINUM THE BERSAMA.
Sama sekali tidak ada reaksi. Dia masih duduk dengan mata berkaca-kaca.
Saya segera bilang:
KALAU BEGITU, PAK GURU DUDUK MENEMANI ODI DI LANTAI [Odi duduk di kursi saya di lantai di depannya]. Tapi, Odi masih diam.
Saya pun bilang dengan bahasa rasa:

ODI TAHU KAN, DI RKWK SENIMAN NARINYA ODI. ODI JANGAN TINGGALKAN RKWK YA. [Odi mengangguk]. TANPA ODI RKWK TIDAK AKAN HEBAT. NAH, BESOK KAN KITA AKAN PENTAS. ITU KAK ALFIAN MENUNGGU DI DALAM UNTUK LATIHAN BEAT BOX.



Tampak senyum merekah. Saya yaki kata-kata saya sudah kena.

AYO, MASUK!!!

Odi mau masuk. Alhamdulilah.
Odi saya pertemukan dengan Kak Alfian, keduanya pun terlibat diskusi dan latihan beat box

SELESAI!
Saya senang bisa mengatasi pertengkaran ini dengan spontaitas yang saya sendiri tidak tahu dari mana asalnya. Padahal, biasanya saya juga sering mengalami kegagalan. Tapi, ini momen keberhasilan yang luar biasa.

Catatan temuan saya adalah:
Marah dalam diri anak tidak bisa dihilangkan. Marah adalah dinamika kepribadian anak yang mudah bergejolak. Menekan marah dengan menasihati saja tidak akan cukup. Karena marah tidak bisa begitu saja dipindah kebahagia.
Cara yang paling penting adalah: MENGALIHKAN.
AJARI NILAI.
[Prinsip persahabatan, cinta, dan keluarga]
SANJUNG POTENSINYA!
[Katakan kehebatannya dan kita membutuhkan anak itu]
BERI RUANG KREASI YANG SESUAI MINATNYA.
[bisa bermain atau apapun yang disukainya. Dengan anak berkreasi inilah, maka marahnya hilang]

Sungguh hal yang sangat menantang dan mendebarkan mendidik anak-anak.
SEDIH, KECEWA, SENANG, DAN BAHAGIA
Jadi rujak yang selalu menggerus rasa setiap kali belajar bersama.
Tapi, saat semua dilakukan dengan penuh cinta. Maka, suatu saat dalam kejujuran bahasa anak, anak-anak juga akan bilang pada kita:

AKU CINTA PAK GURU!

Sungguh inilah yang membuat saya terus mencoba semangat untuk belajar pada guru terbaiku:

ANAK-ANAK!






Selasa, 15 April 2014

2. Dapat Ikan Dengan Menunjukkan Kehebatan







1.
Siang itu,
Saya sedang duduk di depan laptop di kamar perpustakaan RKWK sekaligus kamar kerja [maklum] kelas RKWK masih menyatu dengan rumah. Odi dan Galuh berteriak-teriak.
PAK GURU
PAK GURU
PAK GURU
Belum sempat berdiri, kedua anak sudah berdiri di depan pintu dengan nafas terengah-engaah.
ADA APA ODI-GALUH?
AKU PUNYA CERITA MENARIK!
Saya pun mempersilahkan keduany bercerita. Saling bergantian kedua anak itu bercerita. Ceritanya jika diramu begini:
TADI SAYA [ODI] MENEMANI GALUH BELI IKAN HIAS. SAMPAI DI SANA GALUH MEMBELI IKAN [IKANNYA KECIL BANGET SAAT DUA ANAK ITU MEMPERLIHATKANNYA PADA SAYA[. KEMUDIAN PELAYANNYA BILANG, “EH, KAMU ANAK RKWK YANG SEMALAM PENTAS DI ANDANG YA.] [INI KETAHUAN KARENA ODI PAKAI BAJU RKWK]. KEDUA ANAK ITU DENGAN BANGGA MENJAWAB; YA! PELAYAN ITU KEMUDIAN MINTA ODI MENARI. ODI PUN MENARI BEAT BOX. DAN ODI DIBERI SATU EKOR IKAN [KECIL BANGET]. GRATIS.
INI IKANNYA PAK GURU!!!
Kata Odi sambil menunjukkan ikannya pada saya.
Ha-ha-ha-ha…
Untuk menyampaikan cerita pada gurunya yang menakjubkan anak-anak ini rela mengayuh sepeda cepat sampai berkeringat. Sungguh luar biasa.
SEKALIPUN IKAN KECIL, TAPI INI HADIAH ATAS KEHEBATAN
ANAK. ANAK-ANAK LUAR BIASA SENANGNYA JIKA
KEHEBATANNYA DIHARGAI ORANG LAIN.


DAN ANAK-ANAK INGIN MENYAMPAIKAN INI PADA GURUNYA.
INI BUKTI CINTA ANAK PADA GURUNYA:
“GURUKU TERSAYANG. GURUKU TERCINTA. TANPAMU APA
JADINYA AKU.”
Barangkali ini yang ingin dikatan Odi pada saya [juga pada relawan], andai saat itu ada di rumah.
AKU HEBAT BISA MENARI DAN DAPAT IKAN KECIL BANGET.
Bahkan, Odi dan Galuh memberikan ikan itu pada saya:
IKAN INI BUAT PAK GURU. BISA DITARUH DI KOLAN IKAN PAK GURU…
Saya tersenyum senang. Saya pun akhirnya diberi kesempatan berkata:
WAH, KEREN! RKWK BERARTI SUDAH TERKENAL. KALIAN SUDAH TERKENAL. HEBAT. KITA HARUS TERUS BERLATIH BIAR TAMBAH HEBAT [ODI-GALUH MENYIMAK SERIUS]. PAK GURU BANGGA PADA KALIAN. BESOK SAAT PENTAS KITA HARUS HARUS LEBIH HEBAT LAGI [SIAP, JAWAB GALUH-ODI].
TAPI, IKAN INI JANGAN BUAT PAK GURU. KASIHAN IKANNYA KALAU DIGABUNG DENGAN IKAN BESAR PASTI DIMAKAN [IYA, YA! KOMENTARNYA]. IKANNYA BUAT GALUH SAJA. KAN GALUH PUNYA AQUARIUM.
Odi tersenyum senang. Dan memberikan ikan itu pada Galuh. Kedua anak it pun pamitan pergi dengan masih meninggalkan nafas yang ngos-ngosan.




2.
Ini peristiwa kecil, tapi meenungkan saya soal:
BETAPA ANAK SUKA MENUNJUKKAN KEHEBATANNYA
BETAPA ANAK SUKA DIHARGAI

Jik kedua hal ini kita lakukan sebagai guru, maka anak akan rela melakukan apa saja. Anak akan rela untuk capek dan bekerja keras. Tapi, masalahanya, saat saya ingat sekolah saat ini:
SEDIH RASANYA!
Sekolah minim kegiatan yang mampu menemukan kehebatan anak. Mengembangkan kehebatannya. Memberi ruang bagi anak-anak untuk menunjukkan kehebatannya. Dan menghargai kehebatan anak. yang ada adalah:
MENGERJAKAN SOAL-SOAL
YANG HEBAT YANG PINTAR OTAKNYA SAJA
Padahal Odi harusnya kelas 5, tapi nunggak 2 tahun jadi masih kelas 3. Tapi, kehebatannya dalam menari tidak kalah dengan anak kelas 6. Saya beruntung menemukan anak dengan talenta yang lua biasa.
TEMUKAN
TINGKATKAN
TUNJUKKAN
BERI PENGHARGAAN
CIPTAKAN

Adalah cara saya mengembangkan kehebatannya anak-anak. pendidikan harus mampu menemukan kehebatannya anak-anak, bukan hanya kehebatan otaknya saja, tapi juga kehebatan lainnya, dan setiap anak itu hebat. Tidak anak yang bodoh dan tidak hebat. Karena anak-anak adalah ciptaan Allah Yang Maha Sempurna.
Jika sudah ditemukan, melalui pendidikan, pembelajaran, dan pelatihan kehebatan itu ditingkatkan dan dilatih sampai anak-anak yakin dengan kehebatannya. Jika sudah siap, saya memberikan ruang bagi anak-anak untuk menunjukkan kehebatannya pada orangtua dan masyarakat. Saat semua orang mengagumi kehebatan anak-anak. anak-anak semakin yakin dengan kehebatannya.
Inilah saatnya saya mengapresiasi, memberi penghormatan dan penghargaan pada anak-anak.
KALIAN ITU HEBAT
SAYA SANGAT BANGGA DAN SAYANG PADA KALIAN
Tidak heran, saat anak-anak pentas saya selalu memberi acungan jempol tanda saya bangga dan kalian hebat. Anak-anak jadi semakin bersemangat pentas.
SUNGGUH INDAH.
Kadang juga saya peluk saya usap kepalanya. Menujukkan penggargaan atas kehebatan anak-anak.
Setelah itu, saya akan memberikan kesempatan anak-anak untuk memproduksi kehebatannya. Sesuai dengan kehebatannya anak-anak.
Hasilnya, saya sendiri terkagum-kagum. Anak-anak bisa menciptakan dan melalukan produksi kreativitasnya.
MENCIPTA TULISAN BAGUS
MENCIPTA LAGU
MENCIPTA TARIAN
MENCIPTA LUKIAN

Sungguh menakjubkan!
Semoga menginspirasi…



1. Mimpi Odi










1.
Usai pentas di Taman Kota, saat malam semakin larut, saya, sebagian relawan, dan Odi masih berkumpul. Berbincang-bincang sebentar. Salah satu relawan, Alfian, bilang, “Pentas tadi Odi jadi artis. Ada yang mau minta tanda tangan juga. Kereennn.”
Senyum merekah dari mulutnya. Tampak kebanggan pada Odi. Relawan pun memuji penamilan Odi yang menarinya memikat banyak orang. Odi bangga. Odi senang. Odi pun berkomentar:
“DULU SAAT PERTAMA KALI MASUK RKWK, SAYA MERASA AKAN MENJADI ARTIS. SAMPAI MIMPI JADI ARTIS BENERAN. DAN BANYAK ORANG MINTA TANDA TANGAN. EH, SEKARANG KESAMPAIAN..”
JIEEEEHHHH
Komentar kami. Odi tersenyum tersipu malu.
Tapi saya dan pastinya relawan mengakui kehebatan dia. Saya sangat bangga pada anak-anak didik saya.



2.
Sebenarnya, setiap anak itu sudah punya mimpi dalam hidupnya. Tentu saja, mimpi itu masih dalam kondisi mentah. Masih dalam di alam bawah sadar yang tersimpan rapi. Masih tertimbun dalam kecerdasannya.
Mimpi tu terkait dengan keinginan, kemauan, dan harapan ke depan atas dirinya sendiri. Namun, karena masih dalam perkembangan yang perlu pendidikan, anak-anak sering tidak bisa mengungkapkannya. Anak-anak kadang bingung sendiri dengan mimpi-mimpinya. Yang dialami anak-anak hanya sering senyum sendiri saat mimpi itu hadir dalam lamunan dan mimpi tidurnya.
Saya pernah bermimpi menjadi guru saat kecil. Tapi, saya tidak pernah mengatakan mimpi saya ini pada guru atau ayah-ibu. Ketika ditanya mimpi saya, saya juga kebingungan menjawabnya. Tapi, setiap malam, saat saya sedang belajar, saya selalu ngobrol sendiri, wayangan dengan membayangkan diri saya sedang di depan kelas. Indah sekali. Bisa menerangkan ilmu pada murid-murid. Tapi, itu mimpi. Yang kemudian terbawa tidur.
Menjadi nyata mimpi itu saat, Bapak saya mendirikan sekolah-sekolahan. Saya di situ mengalami momen yang luar biasa saat saya dapat gilran pura-pura mengajar. Sungguh rasanya, hal-hal yang selama ini saya bayangkan:
MENJADI NYATA
MENAKJUBKAN.
Ini sama dengan yang dialami Odi, yang merasa pernah membayangkan jadi artis di panggung dan mendapat banyak tanda tangan.
SETIAP ANAK SUNGGUH PUNYA MIMPI
MIMPI YANG SELALU DIBAYANGKAN DAN
MEMBAYANGI DIRINYA!

Namun, permasalahan yang mencederai mimpi anak-anak adalah kita sebagai guru dan orangtua sering kali tidak menggalinya, bahkan cuek [masa bodoh] terhadap mimpi anak-anak kita sendiri.
Mimpi itu tidak diekplorasi, dielaborasi, dan dikuatkan. Mimpi anak-anak hanya dibiarkan lepas begitu saja. Padahal, dari mimpi itulah anak sebenarnya akan membangun visi hidupnya. Visi yang akan menentukan kehidupannya kelak.




3.
Di sinilah saya menyadari, bahwa tugas pertama guru adalah mengetahui mimpi dan visi hidup anak-anak. Mimpi imajinatif yang sudah ada di pikirannya. Saya dengan rapi selalu mencatat mimpi-mimpi anak-anak. Mimpi itu menjadi catatan penting bagi saya untuk memosisikan anak-anak dalam segala aktivtasnya.
Anak yang mempunya mimpi sebagai pemain sepak bola saya beri keluasan untuk latihan sepak bola, ikut bertanding, dan kegiatan olah raga apapun sekalian berbenturan dengan jam bermain. Yang suka menari, saat ijin nonton ebeg saya izinkan, karena dengan menonton ebeg, visi mimpi itu akan semakin jelas.
Dengan memberi ruang aktivitas yang sesuai dengan mimpi dan visi hidupnya anak-anak menjadi senang. Semakin jelas mimpinya. Semakin terarah dan jelas. Bahkan, anak-anak diberi tanggung jawab yang berkaitan dengan mimpinya.
Saya sering memberi tugas pada anak untuk menyiapkan makanan untuk Wiwi yang bercita-cita menjadi Koki Internasional. Wiwi selalu semangat menyediakan makanan dan minuman. Nanda dan Aisah yang bermimpi menjadi dokter, saya beri tugas mengobati teman yang mabok perjalanan atau sakit. Odi yang jadi penari sering saya minta mengajar menari bagi teman-temannya. Juli yang suka sepak bola saya beri kesempatan bertanding sepak bola dengan anak-anak RT lain, Juli yang memimpin.
Dengan memberi tanggung jawab ini, anak-anak saya akan yakin dengan mimpinya. Saya tidak ingin jadi guru, orangtua, dan teman anak-anak yang justru membunuh mimpi anak-anak.
“BERMIMPI ANAK-ANAKKU. BERMIMPILAH. SAYA AKAN MENDAMPINGI MIMPIMU. SAYA AKAN MEMBANTU WUJUDKAN MIMPIMU. KARENA KITA KELUARGA. KARENA KITA SAHABAT. KARENA KITA SAUDARA. RUMAH KITA [RKWK] ADALAH TEMPATNYA PARA PEMIMPI. PEMIMPI YANG AKAN BERJUANG MEWUJUDKAN MIMPI-MIMPI ITU. DEMI AYAH-IBU KITA. DEMI INDONESIA TERCINTA’
Saya katakan ini pada anak-anak serta saya buatkan film tentang mimpi anak-anak. Agar anak-anak bangga dengan mimpinya. Mau berjuang untuk mimpinya. Dan bisa mewujudkan mimpinya.
Indah sekali…

4.
Sejak Odi mengatakan mimpinya. Dan merasa dilihat dan diperhatikan orang dengan mimpinya. Odi jadi semakin mantap bersama kami. Tinggal di rumah kami. Saya yakin dia akan terus berjuang bersama kami untuk mewujudkan mimpinya.
Semoga di sekolah, Odi juga diperhatikan mimpinya oleh Guru. Di rumah diperhatikan mimpinya oleh orangtuany.
SEBAB SEGALA KEBAIKAN BERAWAL DARI MIMPI
TERMASUK MASA DEPAN ANAK-ANAK

Janganlah kita jadi pembunuh untuk mimpi-mimpi anak-anak sendiri!


Semoga Bermanfaat!