1.
Usai pentas di Taman Kota, saat
malam semakin larut, saya, sebagian relawan, dan Odi masih berkumpul.
Berbincang-bincang sebentar. Salah satu relawan, Alfian, bilang, “Pentas tadi
Odi jadi artis. Ada yang mau minta tanda tangan juga. Kereennn.”
Senyum merekah dari mulutnya.
Tampak kebanggan pada Odi. Relawan pun memuji penamilan Odi yang menarinya
memikat banyak orang. Odi bangga. Odi senang. Odi pun berkomentar:
“DULU SAAT PERTAMA KALI MASUK
RKWK, SAYA MERASA AKAN MENJADI ARTIS. SAMPAI MIMPI JADI ARTIS BENERAN. DAN
BANYAK ORANG MINTA TANDA TANGAN. EH, SEKARANG KESAMPAIAN..”
JIEEEEHHHH
Komentar kami. Odi tersenyum
tersipu malu.
Tapi saya dan pastinya relawan
mengakui kehebatan dia. Saya sangat bangga pada anak-anak didik saya.
2.
Sebenarnya, setiap anak itu
sudah punya mimpi dalam hidupnya. Tentu saja, mimpi itu masih dalam kondisi
mentah. Masih dalam di alam bawah sadar yang tersimpan rapi. Masih tertimbun
dalam kecerdasannya.
Mimpi tu terkait dengan
keinginan, kemauan, dan harapan ke depan atas dirinya sendiri. Namun, karena
masih dalam perkembangan yang perlu pendidikan, anak-anak sering tidak bisa
mengungkapkannya. Anak-anak kadang bingung sendiri dengan mimpi-mimpinya. Yang
dialami anak-anak hanya sering senyum sendiri saat mimpi itu hadir dalam
lamunan dan mimpi tidurnya.
Saya pernah bermimpi menjadi
guru saat kecil. Tapi, saya tidak pernah mengatakan mimpi saya ini pada guru
atau ayah-ibu. Ketika ditanya mimpi saya, saya juga kebingungan menjawabnya.
Tapi, setiap malam, saat saya sedang belajar, saya selalu ngobrol sendiri,
wayangan dengan membayangkan diri saya sedang di depan kelas. Indah sekali.
Bisa menerangkan ilmu pada murid-murid. Tapi, itu mimpi. Yang kemudian terbawa
tidur.
Menjadi nyata mimpi itu saat,
Bapak saya mendirikan sekolah-sekolahan. Saya di situ mengalami momen yang luar
biasa saat saya dapat gilran pura-pura mengajar. Sungguh rasanya, hal-hal yang
selama ini saya bayangkan:
MENJADI NYATA
MENAKJUBKAN.
Ini sama dengan yang dialami
Odi, yang merasa pernah membayangkan jadi artis di panggung dan mendapat banyak
tanda tangan.
SETIAP ANAK SUNGGUH PUNYA MIMPI
MIMPI YANG SELALU DIBAYANGKAN
DAN
MEMBAYANGI DIRINYA!
Namun, permasalahan yang
mencederai mimpi anak-anak adalah kita sebagai guru dan orangtua sering kali tidak
menggalinya, bahkan cuek [masa bodoh] terhadap mimpi anak-anak kita sendiri.
Mimpi itu tidak diekplorasi,
dielaborasi, dan dikuatkan. Mimpi anak-anak hanya dibiarkan lepas begitu saja.
Padahal, dari mimpi itulah anak sebenarnya akan membangun visi hidupnya. Visi
yang akan menentukan kehidupannya kelak.
3.
Di sinilah saya menyadari,
bahwa tugas pertama guru adalah mengetahui mimpi dan visi hidup anak-anak.
Mimpi imajinatif yang sudah ada di pikirannya. Saya dengan rapi selalu mencatat
mimpi-mimpi anak-anak. Mimpi itu menjadi catatan penting bagi saya untuk
memosisikan anak-anak dalam segala aktivtasnya.
Anak yang mempunya mimpi
sebagai pemain sepak bola saya beri keluasan untuk latihan sepak bola, ikut
bertanding, dan kegiatan olah raga apapun sekalian berbenturan dengan jam
bermain. Yang suka menari, saat ijin nonton ebeg
saya izinkan, karena dengan menonton ebeg, visi mimpi itu akan semakin
jelas.
Dengan memberi ruang aktivitas
yang sesuai dengan mimpi dan visi hidupnya anak-anak menjadi senang. Semakin
jelas mimpinya. Semakin terarah dan jelas. Bahkan, anak-anak diberi tanggung
jawab yang berkaitan dengan mimpinya.
Saya sering memberi tugas pada
anak untuk menyiapkan makanan untuk Wiwi yang bercita-cita menjadi Koki
Internasional. Wiwi selalu semangat menyediakan makanan dan minuman. Nanda dan
Aisah yang bermimpi menjadi dokter, saya beri tugas mengobati teman yang mabok
perjalanan atau sakit. Odi yang jadi penari sering saya minta mengajar menari
bagi teman-temannya. Juli yang suka sepak bola saya beri kesempatan bertanding
sepak bola dengan anak-anak RT lain, Juli yang memimpin.
Dengan memberi tanggung jawab
ini, anak-anak saya akan yakin dengan mimpinya. Saya tidak ingin jadi guru,
orangtua, dan teman anak-anak yang justru membunuh mimpi anak-anak.
“BERMIMPI ANAK-ANAKKU.
BERMIMPILAH. SAYA AKAN MENDAMPINGI MIMPIMU. SAYA AKAN MEMBANTU WUJUDKAN
MIMPIMU. KARENA KITA KELUARGA. KARENA KITA SAHABAT. KARENA KITA SAUDARA. RUMAH
KITA [RKWK] ADALAH TEMPATNYA PARA PEMIMPI. PEMIMPI YANG AKAN BERJUANG MEWUJUDKAN
MIMPI-MIMPI ITU. DEMI AYAH-IBU KITA. DEMI INDONESIA TERCINTA’
Saya katakan ini pada anak-anak
serta saya buatkan film tentang mimpi anak-anak. Agar anak-anak bangga dengan
mimpinya. Mau berjuang untuk mimpinya. Dan bisa mewujudkan mimpinya.
Indah sekali…
4.
Sejak Odi mengatakan mimpinya.
Dan merasa dilihat dan diperhatikan orang dengan mimpinya. Odi jadi semakin
mantap bersama kami. Tinggal di rumah kami. Saya yakin dia akan terus berjuang
bersama kami untuk mewujudkan mimpinya.
Semoga di sekolah, Odi juga
diperhatikan mimpinya oleh Guru. Di rumah diperhatikan mimpinya oleh
orangtuany.
SEBAB SEGALA KEBAIKAN BERAWAL
DARI MIMPI
TERMASUK MASA DEPAN ANAK-ANAK
Janganlah kita jadi pembunuh
untuk mimpi-mimpi anak-anak sendiri!
Semoga Bermanfaat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar