Laman

Selasa, 15 April 2014

1. Mimpi Odi










1.
Usai pentas di Taman Kota, saat malam semakin larut, saya, sebagian relawan, dan Odi masih berkumpul. Berbincang-bincang sebentar. Salah satu relawan, Alfian, bilang, “Pentas tadi Odi jadi artis. Ada yang mau minta tanda tangan juga. Kereennn.”
Senyum merekah dari mulutnya. Tampak kebanggan pada Odi. Relawan pun memuji penamilan Odi yang menarinya memikat banyak orang. Odi bangga. Odi senang. Odi pun berkomentar:
“DULU SAAT PERTAMA KALI MASUK RKWK, SAYA MERASA AKAN MENJADI ARTIS. SAMPAI MIMPI JADI ARTIS BENERAN. DAN BANYAK ORANG MINTA TANDA TANGAN. EH, SEKARANG KESAMPAIAN..”
JIEEEEHHHH
Komentar kami. Odi tersenyum tersipu malu.
Tapi saya dan pastinya relawan mengakui kehebatan dia. Saya sangat bangga pada anak-anak didik saya.



2.
Sebenarnya, setiap anak itu sudah punya mimpi dalam hidupnya. Tentu saja, mimpi itu masih dalam kondisi mentah. Masih dalam di alam bawah sadar yang tersimpan rapi. Masih tertimbun dalam kecerdasannya.
Mimpi tu terkait dengan keinginan, kemauan, dan harapan ke depan atas dirinya sendiri. Namun, karena masih dalam perkembangan yang perlu pendidikan, anak-anak sering tidak bisa mengungkapkannya. Anak-anak kadang bingung sendiri dengan mimpi-mimpinya. Yang dialami anak-anak hanya sering senyum sendiri saat mimpi itu hadir dalam lamunan dan mimpi tidurnya.
Saya pernah bermimpi menjadi guru saat kecil. Tapi, saya tidak pernah mengatakan mimpi saya ini pada guru atau ayah-ibu. Ketika ditanya mimpi saya, saya juga kebingungan menjawabnya. Tapi, setiap malam, saat saya sedang belajar, saya selalu ngobrol sendiri, wayangan dengan membayangkan diri saya sedang di depan kelas. Indah sekali. Bisa menerangkan ilmu pada murid-murid. Tapi, itu mimpi. Yang kemudian terbawa tidur.
Menjadi nyata mimpi itu saat, Bapak saya mendirikan sekolah-sekolahan. Saya di situ mengalami momen yang luar biasa saat saya dapat gilran pura-pura mengajar. Sungguh rasanya, hal-hal yang selama ini saya bayangkan:
MENJADI NYATA
MENAKJUBKAN.
Ini sama dengan yang dialami Odi, yang merasa pernah membayangkan jadi artis di panggung dan mendapat banyak tanda tangan.
SETIAP ANAK SUNGGUH PUNYA MIMPI
MIMPI YANG SELALU DIBAYANGKAN DAN
MEMBAYANGI DIRINYA!

Namun, permasalahan yang mencederai mimpi anak-anak adalah kita sebagai guru dan orangtua sering kali tidak menggalinya, bahkan cuek [masa bodoh] terhadap mimpi anak-anak kita sendiri.
Mimpi itu tidak diekplorasi, dielaborasi, dan dikuatkan. Mimpi anak-anak hanya dibiarkan lepas begitu saja. Padahal, dari mimpi itulah anak sebenarnya akan membangun visi hidupnya. Visi yang akan menentukan kehidupannya kelak.




3.
Di sinilah saya menyadari, bahwa tugas pertama guru adalah mengetahui mimpi dan visi hidup anak-anak. Mimpi imajinatif yang sudah ada di pikirannya. Saya dengan rapi selalu mencatat mimpi-mimpi anak-anak. Mimpi itu menjadi catatan penting bagi saya untuk memosisikan anak-anak dalam segala aktivtasnya.
Anak yang mempunya mimpi sebagai pemain sepak bola saya beri keluasan untuk latihan sepak bola, ikut bertanding, dan kegiatan olah raga apapun sekalian berbenturan dengan jam bermain. Yang suka menari, saat ijin nonton ebeg saya izinkan, karena dengan menonton ebeg, visi mimpi itu akan semakin jelas.
Dengan memberi ruang aktivitas yang sesuai dengan mimpi dan visi hidupnya anak-anak menjadi senang. Semakin jelas mimpinya. Semakin terarah dan jelas. Bahkan, anak-anak diberi tanggung jawab yang berkaitan dengan mimpinya.
Saya sering memberi tugas pada anak untuk menyiapkan makanan untuk Wiwi yang bercita-cita menjadi Koki Internasional. Wiwi selalu semangat menyediakan makanan dan minuman. Nanda dan Aisah yang bermimpi menjadi dokter, saya beri tugas mengobati teman yang mabok perjalanan atau sakit. Odi yang jadi penari sering saya minta mengajar menari bagi teman-temannya. Juli yang suka sepak bola saya beri kesempatan bertanding sepak bola dengan anak-anak RT lain, Juli yang memimpin.
Dengan memberi tanggung jawab ini, anak-anak saya akan yakin dengan mimpinya. Saya tidak ingin jadi guru, orangtua, dan teman anak-anak yang justru membunuh mimpi anak-anak.
“BERMIMPI ANAK-ANAKKU. BERMIMPILAH. SAYA AKAN MENDAMPINGI MIMPIMU. SAYA AKAN MEMBANTU WUJUDKAN MIMPIMU. KARENA KITA KELUARGA. KARENA KITA SAHABAT. KARENA KITA SAUDARA. RUMAH KITA [RKWK] ADALAH TEMPATNYA PARA PEMIMPI. PEMIMPI YANG AKAN BERJUANG MEWUJUDKAN MIMPI-MIMPI ITU. DEMI AYAH-IBU KITA. DEMI INDONESIA TERCINTA’
Saya katakan ini pada anak-anak serta saya buatkan film tentang mimpi anak-anak. Agar anak-anak bangga dengan mimpinya. Mau berjuang untuk mimpinya. Dan bisa mewujudkan mimpinya.
Indah sekali…

4.
Sejak Odi mengatakan mimpinya. Dan merasa dilihat dan diperhatikan orang dengan mimpinya. Odi jadi semakin mantap bersama kami. Tinggal di rumah kami. Saya yakin dia akan terus berjuang bersama kami untuk mewujudkan mimpinya.
Semoga di sekolah, Odi juga diperhatikan mimpinya oleh Guru. Di rumah diperhatikan mimpinya oleh orangtuany.
SEBAB SEGALA KEBAIKAN BERAWAL DARI MIMPI
TERMASUK MASA DEPAN ANAK-ANAK

Janganlah kita jadi pembunuh untuk mimpi-mimpi anak-anak sendiri!


Semoga Bermanfaat!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar