Laman

Jumat, 16 Mei 2014

4. Inilah Bahasa Kecewa dan Sayang Saya







Menjadi guru sangatlah berat. Tapi, seberat apapun, takdir setiap manusia itu adalah: GURU. Paling tidak jadi guru bagi diri sendiri. Bahkan, bagi saya pendidikan, substansinya adalah MENDIDIK DIRI SENDIRI. Saat kita sedang mendidik orang lain, maka kita juga harus menghayati itu sebagai bagian MENDIDIK DIRI SENDIRI. Sehingga kita tidak akan merasa sombong: paling pintar, paling baik, dan paling hebat. Karena mendidik berarti kemonukasi dua arah antarGURU. Di sinilah saya memberi makna bahwa:

SEMUA MANUSIA ADALAH GURU!

Saya yang sedang berusaha berproses menjadi guru yang baik, merasakan sendiri. Paling susah adalah MENDIDIK DIRI SENDIRI MELALUI ORANG LAIN. Bagaimana tidak? Setiap hari pasti aka nada anak yang:
BERMAIN TERLALU KERAS HINGGA BERMUSUHAN.
BERTERIAK-TERIAK.
MEMBIKIN ONAR-PERKARA.
DAN SEBAGAINYA…     

Saat demikian, kebanyakan kita berteriak-teriak. Menyalahkan anak-anak. menasihati dengan marah. Dan ekspresi lain. Inilah bukti kegagalan kita sebagai guru:

KITA PANDAI MENDIDIK ORANG LAIN
TAPI TAK PANDAI MENDIDIK DIRI SENDIRI
[Sebabnya, kita melakukan itu semua karena kekecewaan egositas kita sendiri. Kita tidak belajar bahwa anak-anak demikian adanya]

KITA GAGAL JADI GURU YANG GURU.

Ini pasti dialami siapa saja. Saya bahkan lebih dari tidak sama sekali guru. Tapi, setelah melakukan tindakan yang bukan wujud guru sejatinya, saya kemudian malu pada sendiri. Hati kecil saya nyeletuk:

KATANYA SAYANG PADA ANAK-ANAK. KOK, GITU SAJA UDAH MARAH. APA TIDAK MALU.

Pasti saya malu….
Saya pun kemudian membangun negosiasi. Apa negosiasinya. Merangkul anak-anak. memberikan kebaikan padanya sebagai cara untuk bisa menghapus ketidakbaikan dan kekecewaan anak-anak pada saya. Dari sinilah proses kesalahan dan kebaikan terus bertempur dalam diri saya.

SEMUA SUATU SAAT JIWA INI DIKUASAI KEBAIKAN…



Peristiwa ini terjadi pada minggu pagi. Saat anak-anak RKWK sedang pentas drama parade merah putih. Satu anak, Odi bikin manuver lucu [padahal drama sangat serius dan menangis] yang bikin suasana drama rusak.
Saya kecewa. Bahkan marah. Saya peringatkan dia. Tetap saja. Saya marah. Usai pentas, saya langsung katakan hal yang apapun alasan kebenarannya, tetap bagi saya salah. Saya berkata:

PENTAS BESOK ODI DIGANTI DIKI. TOLONG KALAU PENTAS YANG SERIUS. DILIHAT ORANG.

Anak-anak bereaksi kekecewaan pada Odi.
Tapi, selepas mengatakan hal begitu. Hati saya menjerit. Saya bermonolog dalam hati:

KATA-KATA SAYA MENGECEWAKAN ODI TIDAK YA?
PASTI MENGECEWAKAN SEKALIPUN KATA-KATA SAYA DIBENARKAN ANAK-ANAK DAN RELAWAN.

Dalam posisi begini, saya harus mengambil tindakan negosiasi. Saya segera ubah wajah kekecewaan saya. Saya dekati Odi dengan seolah-olah udah tidak perhatikan persoalan tadi. Saya bilang dengan bahasa lembut [kebalikan dari kekecewaan tadi];

ODI BOLEH AMBIL JAJAN KARENA SUDAH CAPEK.

Odi berteriak senang. Dia ambil bekal jajannya: permen satu bungkus yang sudah tak lengkap. Saya pun minta: ODI MINTA? Sebenarnya saya tidak ingin. Tapi ini saya lakukan untuk menjalin komunikasi. Untuk sebuah negosiasi bahwa:

BAHWA SAYA MARAH HANYA SAAT KERJA SAJA
BILA SUDAH SELESAI KERJA KREATIF, SAYA AKAN BAIK.
SAYA AKAN BERSAHABAT…

Odi tersenyum bangga permennya diminta saya. Negosiasi saya berhasil. Sampai acara selesai, saya dan odi sudah taka da sekat. Semua sudah cair. Saya pun menunjukkan sayang pada anak-anak.



Sampai Odi mendekat dan bertanya: SAYA DI GANTI PAK GURU?
Saya menjelaskan:
IYA, GAK PAPA YA? [ODI TERSENYUM SENANG. SAYA LEGA]. ODI ITU HEBATNYA JIKA PENTAS YANG BIKIN LUCU. KALAU BIKIN SEDIH TIDAK COCOK [ODI TERSENYUM SENANG].
Odi menjawab:
IYA, PAK GURU. BETUL SEKALI…

Saya senang. Saya sudah memecahkan kondisi KETIDAKBAIKAN SAYA SEBAGAI GURU. Akhirnya, saya menemukan suatu formula saat kita marah karena kegagala sebagai guru.

JIKA KITA MARAH PADA ANAK.
SEGERA SADARI KEMARAHAN KITA.
RANGKUL DIA, BERIKAN KASIH SAYANG DENGAN CARA YANG LAIN SEBAGAI NEGOSIASI KITA UNTUK MEMINTA MAAF. DI SINILAH ANAK-ANAK AKAN MEMAHAMI:
“GURU SAYA MARAH PADA SAYA, TAPI DIA TETAP SAYANG DAN BAIK PADA SAYA. SAYA TIDAK AKAN MEMBENCI DIA. DIA YANG TERBAIK. AKU CINTA PAK GURU”

Indah sekali…
Inilah metode yang saya gunakan untuk sekadar belajar memanajemen diri sebagai gurunya anak-anak.

Semoga Bermanfaat!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar