Menjadi guru sangatlah berat.
Tapi, seberat apapun, takdir setiap manusia itu adalah: GURU. Paling tidak jadi
guru bagi diri sendiri. Bahkan, bagi saya pendidikan, substansinya adalah
MENDIDIK DIRI SENDIRI. Saat kita sedang mendidik orang lain, maka kita juga
harus menghayati itu sebagai bagian MENDIDIK DIRI SENDIRI. Sehingga kita tidak
akan merasa sombong: paling pintar, paling baik, dan paling hebat. Karena
mendidik berarti kemonukasi dua arah antarGURU. Di sinilah saya memberi makna
bahwa:
SEMUA MANUSIA ADALAH GURU!
Saya yang sedang berusaha
berproses menjadi guru yang baik, merasakan sendiri. Paling susah adalah
MENDIDIK DIRI SENDIRI MELALUI ORANG LAIN. Bagaimana tidak? Setiap hari pasti
aka nada anak yang:
BERMAIN TERLALU KERAS HINGGA
BERMUSUHAN.
BERTERIAK-TERIAK.
MEMBIKIN ONAR-PERKARA.
DAN SEBAGAINYA…
Saat demikian, kebanyakan kita
berteriak-teriak. Menyalahkan anak-anak. menasihati dengan marah. Dan ekspresi
lain. Inilah bukti kegagalan kita sebagai guru:
KITA PANDAI MENDIDIK ORANG LAIN
TAPI TAK PANDAI MENDIDIK DIRI
SENDIRI
[Sebabnya, kita melakukan itu
semua karena kekecewaan egositas kita sendiri. Kita tidak belajar bahwa
anak-anak demikian adanya]
KITA GAGAL JADI GURU YANG GURU.
Ini pasti dialami siapa saja.
Saya bahkan lebih dari tidak sama sekali guru. Tapi, setelah melakukan tindakan
yang bukan wujud guru sejatinya, saya kemudian malu pada sendiri. Hati kecil
saya nyeletuk:
KATANYA SAYANG PADA ANAK-ANAK.
KOK, GITU SAJA UDAH MARAH. APA TIDAK MALU.
Pasti saya malu….
Saya pun kemudian membangun
negosiasi. Apa negosiasinya. Merangkul anak-anak. memberikan kebaikan padanya
sebagai cara untuk bisa menghapus ketidakbaikan dan kekecewaan anak-anak pada
saya. Dari sinilah proses kesalahan dan kebaikan terus bertempur dalam diri
saya.
SEMUA SUATU SAAT JIWA INI
DIKUASAI KEBAIKAN…
Peristiwa ini terjadi pada
minggu pagi. Saat anak-anak RKWK sedang pentas drama parade merah putih. Satu
anak, Odi bikin manuver lucu [padahal drama sangat serius dan menangis] yang
bikin suasana drama rusak.
Saya kecewa. Bahkan marah. Saya
peringatkan dia. Tetap saja. Saya marah. Usai pentas, saya langsung katakan hal
yang apapun alasan kebenarannya, tetap bagi saya salah. Saya berkata:
PENTAS BESOK ODI DIGANTI DIKI.
TOLONG KALAU PENTAS YANG SERIUS. DILIHAT ORANG.
Anak-anak bereaksi kekecewaan
pada Odi.
Tapi, selepas mengatakan hal
begitu. Hati saya menjerit. Saya bermonolog dalam hati:
KATA-KATA SAYA MENGECEWAKAN ODI
TIDAK YA?
PASTI MENGECEWAKAN SEKALIPUN
KATA-KATA SAYA DIBENARKAN ANAK-ANAK DAN RELAWAN.
Dalam posisi begini, saya harus
mengambil tindakan negosiasi. Saya segera ubah wajah kekecewaan saya. Saya
dekati Odi dengan seolah-olah udah tidak perhatikan persoalan tadi. Saya bilang
dengan bahasa lembut [kebalikan dari kekecewaan tadi];
ODI BOLEH AMBIL JAJAN KARENA
SUDAH CAPEK.
Odi berteriak senang. Dia ambil
bekal jajannya: permen satu bungkus yang sudah tak lengkap. Saya pun minta: ODI
MINTA? Sebenarnya saya tidak ingin. Tapi ini saya lakukan untuk menjalin
komunikasi. Untuk sebuah negosiasi bahwa:
BAHWA SAYA MARAH HANYA SAAT
KERJA SAJA
BILA SUDAH SELESAI KERJA
KREATIF, SAYA AKAN BAIK.
SAYA AKAN BERSAHABAT…
Odi tersenyum bangga permennya
diminta saya. Negosiasi saya berhasil. Sampai acara selesai, saya dan odi sudah
taka da sekat. Semua sudah cair. Saya pun menunjukkan sayang pada anak-anak.
Sampai Odi mendekat dan
bertanya: SAYA DI GANTI PAK GURU?
Saya menjelaskan:
IYA, GAK PAPA YA? [ODI
TERSENYUM SENANG. SAYA LEGA]. ODI ITU HEBATNYA JIKA PENTAS YANG BIKIN LUCU.
KALAU BIKIN SEDIH TIDAK COCOK [ODI TERSENYUM SENANG].
Odi menjawab:
IYA, PAK GURU. BETUL SEKALI…
Saya senang. Saya sudah
memecahkan kondisi KETIDAKBAIKAN SAYA SEBAGAI GURU. Akhirnya, saya menemukan
suatu formula saat kita marah karena kegagala sebagai guru.
JIKA KITA MARAH PADA ANAK.
SEGERA SADARI KEMARAHAN KITA.
RANGKUL DIA, BERIKAN KASIH
SAYANG DENGAN CARA YANG LAIN SEBAGAI NEGOSIASI KITA UNTUK MEMINTA MAAF. DI
SINILAH ANAK-ANAK AKAN MEMAHAMI:
“GURU SAYA MARAH PADA SAYA,
TAPI DIA TETAP SAYANG DAN BAIK PADA SAYA. SAYA TIDAK AKAN MEMBENCI DIA. DIA
YANG TERBAIK. AKU CINTA PAK GURU”
Indah sekali…
Inilah metode yang saya gunakan
untuk sekadar belajar memanajemen diri sebagai gurunya anak-anak.
Semoga Bermanfaat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar