Kalau dalam suatu kelas tidak
pernah ada anak yang bertengkar, pasti itu kelas yang aneh. Kalau setiap hari
ada yang bertengkar, pasti itu kelas menantang. Kalau kadang ada yang
bertengkar dan kadang tidak, ini kelas istimewa.
Kategori kelas ketiga ini
mengocok persepsi dan emosi guru. Guru kadang siap hadapi peperangan, ternyata
anak-anaknya damai. Gurunya pun harus turunkan senjata.
Kadang guru sedang dalam
keadaan damai, anak-anaknya malah bertengkar. Guru tidak bawa senjata. Guru pun
bingung. Jurus mengatasi tidak dipersiapkan.
JADILAH MARAH!
TAPI AWAS JANGAN SAKITI ANAK!
SAKIITI FISIKNYA!
SAKITI HATINYA
[Semoga kita dijauhi dari hal
ini]
Saya pun mengalami hal ini.
Tidak siap senjata melerai sebuah pertengkaran, tapi pertengkaran terjadi
begitu hebatnya. Saya sendiri takut.
Yang bertengkar Juli dan Odi
[dua anak paling berpengaruh di kelas]. Masalahnya saya tidak tahu jelas.
Infoya soal kepeleset. Tapi, yang jelas:
DUA ANAK SUDAH SALING
BERHADAPAN DENGAN MATA MERAH. KEPALKAN TANGAN. SIAP LUAPKAN KEMARAHANNYA>
[Untung, saya sudah tanamkan
nilai untuk tidak main tangan. Sehingga selama pertengkaran itu taka da yang
berani lepaskan tangan. Tapi tatapanmata penuh emosi itu menakutkan banyak anak
dan guru music juga bingung]
HUJAN JUGA SAAT ITU TURUN
DERAS.
Saya baru terlelap tidur. Dini,
Pipit, dan Wiwi masuk kamar membangunkanku.
PAK GURU! JULI DAN ODI
BERTENGKAR!
Saya pikir pertengkaran biasa.
Tapi, ketiga anak ini penuh ketakutan. Saya segera bangun. Keluar. Dua anak
sedang saling tatap. Saya datangi keduanya. Saya peluk satu-satu untuk redakan
emosinya. Di depan anak-anak lainnya saya berkata. Kata-kata yang saya sendiri
tak memprogramnya. Keluar begitu saja dari rasa sayang saya pada anak-anak.
KITA BERMAIN DI SINI KARENA KITA
SAHABAT. KITA SAUDARA. KITA KELUARGA. TERUS…JIKA ADA BERTENGKAR BEGINI. NGAPAIN
KITA HARUS DISINI. PAK GURU MOHON, AYOOLAH KITA BERSAHABAT. KITA BOLEH MARAH,
KECEWA, JENGKEL. TAPI, JANGAN SALING MENYAKITI. PAK GURU SAYANG SAMA KALIAN.
TATAP MATA PAK GURU.
JULI DAN ODI AYO BERSALAMAN.
JANGAN SALING MENATAP BEGITU. TATAP MATA PAK GURU SAJA!
Kedua anak saya ajak mendekat.
Saya satukan kedua telapak tangannya. Mereka sudah tidak saling tatap, tetapi
menatap saya. Selesai bersalaman saya katakana:
SAAT KALIAN SUDAH BERSALAMAN.
MAKA, KALIAN SUDAH TIDAK BOLEH MARAH. KALIAN SUDAH HARUS BERMAIN KEMBALI.
Situasi sudah terkendali. Tapi,
emosi masih terus berkecamuk dalam diri Odi dan Juli. Entah datangnya dari
mana, karena hari itu hujan lebat dan dingin saya punya ide.
SEMUA ANAK MASUK RUMAH. KITA
MINUM THE BERSAMA.
Semua anak berteriak Horeee…
Istri saya segera membuatkan
THE UNTUK ANAK-ANAK.
[Usaha saya mengalihkan kemarahan
dengan kemesraan]
Saat anak-anak masuk, saya
mendekati Juli, saya bilang padanya dengan mengajak Dyah Rofi [guru warna].
Saya minta Guru Warna untuk menunjukkan gambar-gambar. Juli sangat senang
karena dia cerdas dalam warna. Pelukis RKWK urutan kedua. Juli dan Guru Warna
terlibat dalam obrolan soal lukisan. Saya katakana Juli besok akan kita beri
momen untuk melukis di atas kanvas. Juli tersenyum senang.
Emosi hilang.
SAYA MENEMUKAN SENJATA AMPUH
MENGALAHKAN KEMARAHAN ANAK ADALAH:
DIALIHKAN KE KREATIVITAS YANG
DICINTAINYA.
JULI PUN SUDAH LUPA DENGAN
MARAHNYA.
Tapi, di luar Odi masih duduk
sendiri. Anak-anak berteriak, ODI TIDAK MAU MASUK, PAK GURU!
Saya segera menghampirinya.
Meneglus rambutnya.
AYO, MASUK ODI. KITA MINUM THE
BERSAMA.
Sama sekali tidak ada reaksi.
Dia masih duduk dengan mata berkaca-kaca.
Saya segera bilang:
KALAU BEGITU, PAK GURU DUDUK
MENEMANI ODI DI LANTAI [Odi duduk di kursi saya di lantai di depannya]. Tapi,
Odi masih diam.
Saya pun bilang dengan bahasa
rasa:
ODI TAHU KAN, DI RKWK SENIMAN
NARINYA ODI. ODI JANGAN TINGGALKAN RKWK YA. [Odi mengangguk]. TANPA ODI RKWK
TIDAK AKAN HEBAT. NAH, BESOK KAN KITA AKAN PENTAS. ITU KAK ALFIAN MENUNGGU DI
DALAM UNTUK LATIHAN BEAT BOX.
Tampak senyum merekah. Saya
yaki kata-kata saya sudah kena.
AYO, MASUK!!!
Odi mau masuk. Alhamdulilah.
Odi saya pertemukan dengan Kak
Alfian, keduanya pun terlibat diskusi dan latihan beat box
SELESAI!
Saya senang bisa mengatasi
pertengkaran ini dengan spontaitas yang saya sendiri tidak tahu dari mana
asalnya. Padahal, biasanya saya juga sering mengalami kegagalan. Tapi, ini
momen keberhasilan yang luar biasa.
Catatan temuan saya adalah:
Marah dalam diri anak tidak
bisa dihilangkan. Marah adalah dinamika kepribadian anak yang mudah bergejolak.
Menekan marah dengan menasihati saja tidak akan cukup. Karena marah tidak bisa
begitu saja dipindah kebahagia.
Cara yang paling penting
adalah: MENGALIHKAN.
AJARI NILAI.
[Prinsip persahabatan, cinta,
dan keluarga]
SANJUNG POTENSINYA!
[Katakan kehebatannya dan kita
membutuhkan anak itu]
BERI RUANG KREASI YANG SESUAI
MINATNYA.
[bisa bermain atau apapun yang
disukainya. Dengan anak berkreasi inilah, maka marahnya hilang]
Sungguh hal yang sangat
menantang dan mendebarkan mendidik anak-anak.
SEDIH, KECEWA, SENANG, DAN
BAHAGIA
Jadi rujak yang selalu
menggerus rasa setiap kali belajar bersama.
Tapi, saat semua dilakukan
dengan penuh cinta. Maka, suatu saat dalam kejujuran bahasa anak, anak-anak
juga akan bilang pada kita:
AKU CINTA PAK GURU!
Sungguh inilah yang membuat
saya terus mencoba semangat untuk belajar pada guru terbaiku:
ANAK-ANAK!